Kalian pasti sudah pernah melihat kucing. Atau, mungkin kalian malah memeliharanya di rumah? Apa yang menarik dari binatang ini? Ya, ada satu fakta unik menyangkut binatang ini, yakni kucing tidak pernah jatuh dengan posisi telentang ataupun ambruk. Kucing selalu jatuh dengan tenang dengan posisi tegak di atas keempat kakinya. Mengapa bisa seperti itu? Kalian tentu penasaran.
Ternyata, ada sistem keseimbangan yang sangat canggih dalam tubuh kucing. Sistem inilah yang membuat kucing ketika jatuh akan menyadari dalam posisi bagaimana ia akan jatuh. Saat seekor kucing melompat atau jatuh dari tempat yang tinggi, ia menggunakan penglihatan dan vestibular apparatus (sistam keseimbangan yang terdapat pada telinga dalamnya, untuk mengukur kira-kira tinggi posisinya). Ia kemudian meluncurkan tubuh bagian depannya terlebih dahulu, diikuti tubuh bagian belakang.
Selain sistem keseimbangan yang sempurna, tubuh kucing didesain untuk mendukung kemampuan itu. Kucing memilliki ekor yang berfungsi menjaga keseimbangan dengan cara menyetel pusat gratvitasi tubuhnya. Kucing terbantu oleh bentuk tubuhnya yang ramping, struktur tulang yang ringan, dan bulu lembut yangn cukup tebal, sehingga bisa mengahambat kecepatan jatuh. Kucing juga mempunyai tulang belakang yang sangat fleksibel yang jumlahnya lebih banyak daripada milik manusia, sehingga memungkinkannya membalikkan tubuh saat jatuh dari ketinggian tertentu.
Cara mendarat kucing juga tidak asal. Ada teknis khusus. Setelah posisi tubuh sudah pas, dalam artian kaki berada di bawah, kucing akan segera meregangkan kakinya, sehingga angin menahan jatuh tubuhnya. Dan saat bersentuhan dengan tanah, kakinya langsung ditekuk supaya mengecilkan efek jatuhnya. Kemampuan ini secara alami dimiliki oleh kucing, bahkan sejak berusia tujuh minggu.
Cukupkan sampai di situ? Tidak. Ternyata, ada satu hal lagi yang bisa membuat kucing selamat bahkan saat jatuh dari ketinggian luar biasa, kecepatan puncak (terminal velocity).
Kecepatan puncak adalah sebuah titik di mana berat benda sama dengan resistensi udara, sehingga ia berhenti berakselerasi. Titik ini dapat dicapai manusia saat ia terbang di ketinggian sekitar 550 meter dengan kecepatan sekitar 195 meter/jam. Untuk lebih mudahnya, bayangkan seorang penerjun payung. Ia akn terbang melayang hingga beberapa saat setelah terjun dari pesawat tanpa perlu takut jatuh. Setelah melampui titk kecepatan puncak, barulah sang penerjun payung mengembangkan parasutnya.
Demikan halnya dengan kucing. Saat mencapai ketinggian puncak, tubunya akan bisa melayang diterpa angin. Saat itulah kucing berkesempatan untuk mengeset kemampuan keseimbangan tubuhnya. Dan, saat telah melampaui titik kecepatan puncak itu, kucing akan bersiap mendarat dengan sempurna. Itulah sebabnya kucing justru lebih mudah mengalami cedera dari ketinggian biasa, bukan dari gedung tinggi. Ini terjadi karena kucing masih kaget, sehingga tidak sempat memasang kemampuan mendaratnya dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar